Memaknai Gerakan Tari Topeng Cirebon
Indonesia memiliki kesenian dan kebudayaan yang beraneka ragam dari
Sabang sampai Merauke. Keberagaman ini yang menjadikan Indonesia sebagai Negara
Kesatuan dengan beragam suku, adat, ras dan agama. Terdapat banyak sekali kesenian
yang ada di setiap daerahnya, salah satu bentuknya yaitu tarian daerah. Tarian
daerah sangat melekat pada masyarakat Indonesia, dimana tarian daerah memiliki
berbagai peranan, antara lain sebagai sarana upacara adat setempat, hiburan,
penyaluran terapi, media pendidikan, serta sebagai sarana bersosialisasi antar
warga pada suatu daerah. Tarian daerah memiliki banyak kaidah seni yang
terkandung, serta makna di setiap gerakannya. Salah satu contoh dari tarian
daerah yang ada di Indonesia adalah Tari Topeng Cirebon.
Tari Topeng Cirebon merupakan kesenian
asli daerah Cirebon termasuk Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Pada awalnya, Tari Topeng Cirebon digunakan sebagai
sarana penyebaran agama Islam pada masa Sunan Gunung Jati dengan tujuan dapat
diterima oleh masyarakat setempat. Namun, kini Tari Topeng digunakan sebagai
sarana hiburan serta media pendidikan terkait kesenian dan budaya masyarakat
Cirebon. Dalam Tari Topeng Cirebon terdapat banyak simbol-simbol yang
mencerminkan aspek kehidupan manusia seperti nilai kebijaksanaan, kepemimpinan,
asmara, serta menggambarkan perjalanan hidup seorang manusia sejak dilahirkan
hingga tumbuh dewasa. Banyaknya nilai moral yang terkandung didalamnya
menjadikan Tari Topeng Cirebon sebagai sarana pendidikan karakter dan sebagai
media komunikasi antar warga.
Bagi masyarakat Cirebon sendiri
istilah ‘topeng’ terbentuk dari kata “camboran tugel” yaitu dua kata
yang tidak sama. Dua kata yang dimaksud adalah “ketop-ketop” yang
artinya berkilauan dan “gepeng” yang artinya pipih. Kedua istilah
tersebut merujuk pada hiasan yang
digunakan penari dikepalanya. Dalam Tari Topeng
Cirebon terdapat 5 jenis topeng yang memiliki karakter yang berbeda. Kelima
topeng inilah yang menjadikan Tari Topeng Cirebon memiliki banyak makna
didalamnya.
Topeng yang pertama yaitu topeng Panji, secara bahasa kata “Panji” diyakini sebagai singkatan
dari bahasa jawa yakni “Mapan ning kang siji” yang dalam
bahasa indonesia memiliki makna tetap tertuju kepada Tuhan yang Maha Esa.
Selain itu, Panji yang menggambarkan sosok manusia yang baru lahir dan penuh
dengan kesucian, digambarkan gerakannya halus dan lembut dan warna topeng yang
putih bersih tanpa hiasan. Kebanyakan gerakannya yaitu berdiri tegak menyerupai
angka satu yang mengajarkan kita untuk percaya kepada Tuhan yang Maha tunggal,
serta gerakan halus yang menggambarkan kesucian manusia yang baru dilahirkan.
Selain itu, pada Tari Topeng Panji kita sulit untuk mengenali secara pasti
apakah itu perwujudan lelaki atau perempuan melalui gerak-gerinya.
Topeng
yang kedua yaitu topeng Samba atau Pamindo. Kata Samba berasal dari kata
sambang atau saban yang memiliki arti setiap. Makna dari setiap ini adalah
setiap waktu kita diwajibkan menjalankan perintah-Nya. Sementara kata Pamindo
sendiri berasal dari kata Pindo yang artinya kedua. Kata Pindo ini sangat
berkaitan erat dengan urutan ditampilkannya Tari Topeng Samba dilakukan setelah
tari Panji dan menggambarkan kehidupan manusia dalam fase anak-anak. Pada saat
penari menggunakan topeng Samba, gerakan dilakukan dengan gesit dan lincah.
Topeng Samba memiliki makna kehidupan anak-anak yang ceria dan penuh suka cita.
Sehingga penari mengekspresikannya dengan gerakan yang luwes dan penuh
kebahagiaan. Pada saat penari menggunakan topeng Samba, alunan musik akan
berganti dan disesuaikan dengan karakter topeng yang digunakan, sehingga pada
saat pementasan topeng Samba keceriaan semakin terlihat dari gerakan serta
musik pengiring tarian. Topeng yang ketiga yaitu topeng Rumyang, kata Rumyang
memiliki dua arti. Arti yang pertama, kata Rumyang berasal dari kata Harum dan
Hyang yang berarti kita sebagai manusia harus mengingat Tuhan yang Maha
Esa. Sementara arti yang kedua, kata Rumyang berasal dari kata ramyang-ramyang, yang
memiliki arti suatu perubahan alam dari malam hari ke siang hari, atau
sebaliknya. Perubahan alam disini mencerminkan proses perubahan manusia dari
masa kanak-kanak menjadi remaja. Gerakan penari saat menggunakan topeng Rumyang
lincah namun gerakannya lebih lambat dibanding gerakan Tari Topeng Samba.
Gerakannya memiliki makna kehati-hatian dan kebimbangan seseorang dalam mengambil suatu keputusan, dalam gerakan Tari
Topeng Rumyang terlihat jelas gambaran manusia yang sudah mulai mengenal
kehidupan.
Topeng
yang keempat yaitu topeng Tumenggung, Tumenggung sendiri memiliki arti
seseorang yang bijaksana. Topeng Tumenggung diberi warna coklat atau merah muda
yang menggambarkan seseorang yang gagah, pemberani serta berwibawa. Gerakan
Tari Tumenggung memiliki arti fase manusia yang berada pada masa kejayaannya
dan berkuasa atas dirinya sendiri. Gerakan yang tegas dan bertenaga
menggambarkan tidak ada larangan dari siapapun kecuali dari dalam dirinya
sendiri dan kesadaran spiritual yang telah dimilikinya berupa etika dan agama. Tari Topeng Tumenggung
mengajarkan kita untuk bersikap bijaksana dan menahan hawa nafsu serta selalu
mengingat Tuhan yang Maha Esa. Topeng yang terakhir yaitu topeng Kelana, Kelana
memiliki arti kembara atau mencari. Topeng Kelana didominasi warna merah yang
mencerminkan karakter yang tempramental dan serakah. Gerakan pada Tari Topeng
Kelana dilakukan dengan sangat tegas dimana gerakan langkah kaki penari yang
panjang dan menghentak, kedua tangan yang selalu direntangkan serta kedua
telapak tangan yang selalu mengepal. Selain itu gerakan dan topeng Kelana
menggambarkan seorang manusia yang kebingungan dalam mencari kebenaran dan
sering mengejar hawa nafsunya. Banyak makna kehidupan yang bisa kita dapatkan
dari Tari Topeng Kelana antara lain selalu bersikap santun dan menjaga emosi.
Kita
sebagai generasi muda Indonesia sudah sepatutnya melestarikan kesenian dan kebudayaan
yang ada di Indonesia. Kebudayaan adalah cermin jati diri suatu bangsa, apabila
kebudayaan tersebut sudah runtuh, dikhawatirkan generasi penerus bangsa tidak
memiliki arahan dalam berperilaku di kehidupannya. Dari kesenian dan kebudayaan,
kita generasi muda dapat belajar mengenai perbedaan dan makna dari kehidupan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian generasi muda Indonesia saat ini telah
terbawa arus modernisasi dan melupakan nilai-nilai kesenian serta kebudayaan
yang ada. Oleh karena itu, kita harus bertindak untuk saling mengingatkan akan
pentingnya kebudayaan dan kesenian Indonesia untuk meningkatkan rasa kesatuan
antar suku, ras, dan agama.
Komentar
Posting Komentar